Menurut Adam Khoo (mantan gamer) - Pembangkit motivasi yang paling dasar adalah keyakinan pada diri sendiri.
Diantaranya melawan pikiran negatif yang selama ini membatasi kita.
Hal itu tak hanya dibutuhkan orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Masalah pada anak-anak terutama, sering kali orang-orang di luar si anak, seperti orangtua dan guru, justru memberikan label negatif kepada mereka.
Kata-kata seperti “malas”, “tidak bisa”, “lemah dalam matematika” dan sebagainya, membuat sugesti negatif bagi pelajar tersebut. Padahal pelajar/siswa masih memerlukan proses dalam mengembangkan keyakinan dirinya.
Mulai dari mudah beralih perhatian, hanya mampu berkonsentrasi dalam rentang waktu singkat, cenderung ceroboh, menganggap guru-guru membosankan, sampai mudah menyerah, dan tidak tertarik pada pelajaran.
Deretan keadaan tersebut masih ditambah lagi dengan kecanduan permainan komputer, televisi, internet, dan perilaku orangtua yang mereka rasakan terlalu menekan.
“Ibu saya pernah bilang, saya mengikuti dia karena memang gennya lemah dalam matematika. Perkataannya itu membuat saya jadi percaya kalau saya memang lemah berhitung,” kata Adam mencontohkan dirinya.
Padahal rasa percaya diri itulah yang harusnya dibangun pertama kali sebagai modal dasar. Untuk itu, setiap orang harus membuat daftar yang isinya semacam pengetahuan tentang keterbatasannya.
Pengetahuan itu bisa diperoleh dari komentar teman, perasaan diri sendiri, pengalaman sebelumnya, dan komentar orangtua atau guru. Setelah itu, selidikilah segala sesuatu yang dipercaya sebagai keterbatasan diri Anda. dan bantahlah daftar itu!
Proses tersebut membuat kita berbicara dengan diri sendiri. Contohnya, Anda percaya kalau Anda sangat pelupa. Namun anehnya, meski pelupa tetapi Anda bisa mengingat lirik lagu dengan mudah. Nama-nama artis dan film-filmnya juga bisa Anda hafalkan.
Nahhh, dari mana datangnya pemikiran bahwa Anda adalah seorang pelupa? Mungkin karena Anda selalu lupa apa yang sudah Anda pelajari pada waktu ujian. Ini bisa terjadi bukan karena Anda pelupa, tetapi sebab teknik menghafal Anda yang tidak cocok, atau topiknya tidak menarik.
Untuk menumbuhkan rasa keyakinan diri, langkah berikutnya adalah tuliskan hal-hal yang akan terjadi kalau kepercayaan yang membatasi ini tetap Anda pegang teguh.
Bertanyalah pada diri sendiri, apa saya tidak pernah mendapat nilai baik dalam ujian? Apa saya jadi tidak bisa mendapat universitas yang bagus? Pekerjaan yang baik? Gaji tinggi dan kehidupan yang nyaman?
Hal terakhir adalah mencari pemikiran baru yang bisa melawan kepercayaan lama. Kepercayaan lama yang amat membatasi tersebut. Selain itu, sertakan juga bukti-bukti pendukungnya. Misalnya, saya berpikir kalau saya orang yang bermotivasi. Buktinya, saat akan ikut pertandingan bola basket, saya bisa berlatih selama empat jam sepulang sekolah. Padahal saya telah lelah belajar.
Metode tersebut hanyalah cara awal untuk membangkitkan motivasi, dan melawan pikiran-pikiran negatif yang selama ini membatasi seorang siswa.
Soal keyakinan diri ini dinyatakan Adam Khoo, penulis buku I Am Gifted, So Are You! yang selama sekitar lima tahun terakhir memberikan pelatihan motivasi kepada sekitar 20.000 orang. Menurut dia, pembangkit motivasi yang paling dasar adalah keyakinan pada diri sendiri.